Algoritma Instagram – Sebagian konten kreator Instagram keluhkan menurunnya follower saat kreator memposting konten di Instagram, apalagi di Feeds dan Stories.
Fotografer Prancis Mathieu Pujol mengatakan dia memotret hewan liar saat berjalan-jalan, namun jumlah likenya hanya 800 saja.
“Biasanya, foto saya akan mudah mencapai 3.000 akun, namun ia tak lagi memperoleh lebih dari 800 tampilan,” ucapnya.
“Saya telah mengalami penurunan jumlah pentonton story. Hal tersebut sama dengan para seniman yang saya tahu,” tambahnya menegaskan.
Bukan hanya kreator asal Prancis saja yang mengeluh, namun kreator di indonesia juga mengalami masalah yang serupa, yaitu menurunnya jumlah penonton Instagram Stories.
“Story gua penontonnya dikit banget. Biasanya penonton 3 sampai 4 ribu, tapi saat ini gak sampai seribu pun. Reels biasanya 10 ribu penonton, tapi sekarang kadang-kadang 2 ribu. Apalagi kalau menggunggah foto,” kata @selphieusagi.
Dia mengatakannya di Twitter, feedback di Reels dikatakan menurut. Hal tersebut karena biasanya dalam unggahannya bisa mencapai 20 ribu penonton, tapi saat ini hanya seribu penonton. Selphie mengira konten berupa Reels yang meski dapat trending juga tidak akan menjamin konten dapat terlihat oleh para pengikutnya.
“Jadi jika reels trending dapat meningkat jumlah penontonnya, namun jika tidak akan lebih sedikit dari biasanya, dan bahkan mungkin saja para followers juga tidak melihatnya,” ucapnya.
Sesuai perkatakan Le Monde, berubahnya algoritma tersebut terjadi pada kegiatan konten semenjak awal 2022, dan diduga Instagram memfokuskan pada fitur berbagi video pendek, Reels.
“Instagram merupakan platform yang digunakan para artis. Jadi, selama enam bulan mereka terus berusaha untuk mendapatkan lagi target inti mereka,” ucap Thomas Micaletto, yang bekerja dihubungan masyarakat.
Pebisnis yang fokus pada bidang digital, Jaideeph Singh sudah menganalisis pemasaran dalam dunia digital semenjak 15 tahun yang lalu. Ia melihat adanya pergeseran algoritma.
“Saya melihat di pekerjaan saya terjadinya pergeseran. Algoritma kini seringkali mengukur konten sesuai jumlah penonton. Hal tersebut membuat apasaja otomatis viral bahkan akan semakin sulit bagi konten memperoleh penonton,” katanya dalam Forbes.
“Bahkan para kreator juga mengeluh. Para pemengaruh (influencer) baru yang tengah mencari solusi bagi diri mereka sendiri dalam ekonomi kreatif, bergabung dengan para kreator yang sudah bisa dalam mengatasi algoritma tersebut,” tambahnya menegaskan.
Teknologi Canggih di GIK UGM - Inovasi teknologi kini hadir lebih dekat dengan masyarakat melalui…
Digital Fatigue: Dampak Penggunaan Teknologi - Di era digital yang serba cepat ini, teknologi telah…
Metaverse VR Karya Mahasiswa UMM - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses menghadirkan inovasi teknologi…
VR Stanford Kurangi Ketakutan Anak Disuntik Saat Imunisasi - Bagi banyak anak, momen disuntik bisa…
Virtual Reality Dikembangkan oleh Pupuk Kaltim untuk Tingkatkan Kompetensi Operator - PT Pupuk Kalimantan Timur…
Samsung Siapkan Mixed-Reality di 2025 - Perusahaan Korea Samsung akan kembali memasuki dunia mixed reality…