Contoh Penerapan AR dan VR dalam Bidang Kesehatan
Contoh Penerapan AR dan VR dalam Bidang Kesehatan – Saat ini, teknologi telah diterapkan dalam berbagai bidang dan bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Dimulai dari kebutuhan transportasi dengan adanya ojek online, kemudahan berbelanja dengan hadirnya marketplace hingga dalam dunia medis.
Menariknya lagi, pemanfaatan teknologi di bidang kesehatan ini menggunakan teknologi canggih seperti Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR).
Contoh Penerapan AR dan VR dalam Bidang Kesehatan
Terapi untuk Menyembuhkan Autisme Menggunakan Kacamata AR
Untuk penderita autisme, jenis interaksi sosial sehari-hari yang sering di anggap remeh bisa menjadi suatu tantangan yang sangat sulit untuk dihadapi.
Jika tidak segera diatasi dan dibiarkan begitu saja, kesulitan tersebut akan semakin berlarut-larut bahkan hingga dewasa kemudian mencapai lingkungan kerja.
Sebuah perusahaan yang berbasis di Cambridge, Massachusetts, menghadirkan sebuat platform Augmented Reality yang bisa membantu para penderita autisme.
Untuk melakukan interaksi dengan orang lain, sebuah kacamata pintar dengan teknologi pelacakan emosi yang luar biasa.
Selain itu, teknologi AR dalam bidang kesehatan ini mempunyai berbagai aplikasi.
Contohnya, dalam Tebak Emosional yang berorientasi pada anak-anak.
Pemain perlu mengidentifikasi emosi yang berbeda dalam diri orang lain yang berada di sekitarnya dan mencocokkannya dengan emoji.
Emosi akan di proses oleh kacamata pintar dengan menggunakan teknologi pengenal wajah mutakhir.
Sehingga pemain bisa belajar berdasarkan orang-orang nyata, bukan hanya avatar.
Pengobatan Alzheimer dengan Teknologi Virtual Reality
Virtual Reality (VR) sudah menjadi trend terutama dalam industri hiburan, khususnya dalam industri game.
Termasuk Playstation yang saat ini sudah mempunyai PS VR nya sendiri.
Lalu, bagaimana dengan pemanfaatan teknologi dalam bidang kesehatan?
Para dokter di rumah sakit Visiting Angels kini sudah menggunakan teknologi ini untuk pengobatan Alzheimer.
Larry Meigs sebagai CEO dari RS Visiting Angels menyambut dengan baik pada potensi teknologi di bidang kesehatan.
Untuk membantu orang agar bisa hidup dengan lebih mudah, terutama bagi para penderita alzheimer.
Dampak VR sudah bisa dilihat, meski dengan cara yang terbatas dan bagaimana beberapa dokter serta peneliti mendiagnosis dan mengobati penyakit tersebut.
Berikut ini merupakan beberapa gambaran potensi ini untuk mempengaruhi masa depan pengobatan Alzheimer dan Demensia.
Mendeteksi Resikonya Sejak Dini
Alzheimer sudah menjadi sangat mudah dideteksi karena adanya teknologi VR.
Bulan Oktober tahun lalu, ilmuwan perawatan Alzheimer dari Jerman menghadirkan sebuah studi.
Di mana mereka menggunakan labirin virtual untuk membantu mendeteksi penyakit Alzheimer.
Dalam penelitian tersebut, mereka menguji orang yang berusia antara 18 hingga 30 tahun serta meminta mereka mencoba untuk menavigasi labirin VR tersebut.
Menariknya, tes ini terbukti berhasil.
Dilihat dari perbedaan mereka dalam bergerak, para ilmuwan bisa secara akurat mengidentifikasi subjek yang mempunyai penanda genetik untuk Alzheimer.
Hal ini berarti bahwa dengan teknologi ini, mereka mendiagnosis pasien yang berisiko tinggi bahkan yang masih berusia 18 tahun sekalipun.
Ini memungkinkan keluarga untuk merencanakan pengobatan penyakit ini di masa mendatang.
Lingkungan Virtual Membantu untuk Merawat Pasien
Profesional perawatan Alzheimer sudah menguji coba dan melakukan pengobatannya dengan menggunakan teknologi VR.
Salah satu percobaan tersebut, yang dilakukan pada tahun 2014, memanfaatkan teknologi Microsoft Kinect untuk menghadirkan adegan yang menenangkan.
Seperti hutan yang diterangi oleh matahari, di mana penderita bisa melakukan interaksi dengan adegan tersebut.
Selain itu, ada juga percobaan lain yang baru, perawatan ini disebut terapi sensoris, yang mempunyai keunggulan dari sisi keamanan dan penggunaan terapeutik.
Biasanya, hal tersebut terlalu berisiko untuk mengenalkan penderita pada lingkungan tertentu, tidak peduli seberapa nyaman dan menenangkan.
Namun dengan Virtual Reality, profesional pengobatan penyakit ini sudah bisa menghadirkan lingkungan yang santai, di mana pasien aman dan nyaman.
Salah satu kemungkinan yang menarik yaitu adanya lingkungan virtual yang mengingatkan pasien mengenai masa kecil mereka.
Bahkan mungkin untuk menghadirkan lingkungan yang disesuaikan dengan para pasien, mengenalkan musik atau rincian yang sangat menenangkan.
BACA JUGA : Bagaimana VR dan AR Mempengaruhi Industri Hiburan?
Imaginary Friend Society, Aplikasi Augmented Realoty untuk Pengidap Kanker Anak
Sebuah aplikasi Imaginary Friend Society diciptakan untuk menghibur anak-anak yang menderita kanker.
Mengingat tidak semua orang terutama anak bisa melewati pengobatan kanker dengan cukup tegar.
Diharapkan dengan hadirnya aplikasi ini bisa membantu mereka agar lebih kuat untuk menjalani rehabilitasi dan proses penyembuhan.
Aplikasi ini hadir atas kerja sama antara Pediatric Brain Tumor Foundation.
Organisasi nirlaba yang bergerak dalam bidang kesehatan anak penderita kanker, dengan perusahaan teknologi Kika.
“Tumor otak merupakan kanker paling umum yang terjadi di antara usia 0- hingga 14,” ujar Bill Hu, CEO Kika Tech.
Selain itu, aplikasi ini menghibur mereka melalui karakter monster lucu yang ditampilkan dalam layar.
Berbagai karakter yang ada, dibuat seakan muncul di dunia nyata dengan menggunakan teknologi Augmented Reality (AR).
Mengatasi Orang yang Kecanduan Obat Terlarang
Saat orang dengan kecanduan yang berpartisipasi dalam program ini, mereka akan memasang headset VR dan menavigasi melalui berbagai skenario.
Pengguna akan dibawa ke lingkungan yang imersif berdasarkan lingkungan penggunaan narkoba mereka yang khas.
Lokasinya bisa di pesta rumah, di rumah pribadi atau di sebuah klub. Untuk alkoholisme, dapat menggunakan simulasi bar.
Bagi pengguna heroin, rinciannya mungkin termasuk kotak pizza terbuka atau sendok dan suntikan.
Di mana hal tersebut dirancang untuk memicu keinginan mengonsumsi heroin.
Intinya, teknologi dalam bidang kesehatan ini adalah perluasan terapi pemaparan untuk berbagai gangguan psikologis.
Menghadirkan dunia virtual yang dekat dengan lingkungan nyata pengguna.
Memungkinkan untuk mengajari pengguna cara untuk menahan perasaan tidak nyaman yang memicu penggunaan substansi.
Mengatasi Fobia Dengan AR
Arachnofobia merupakan istilah teknis untuk rasa takut pada laba-laba.
Di Indonesia, tidak ada laba-laba liar yang mengancam keselamatan manusia, meskipun begitu masih banyak orang yang takut ketika melihatnya.
Tubuh mereka bereaksi dengan palpitasi jantung, menggigil, pusing, berkeringat, serta sesak napas.
Terkadang tekanan psikologis begitu besar, rasa takut yang luar biasa, sehingga penderita fobia harus melakukan terapi.
Terapi pemaparan, yang menghadapkan pasien pada satu atau lebih laba-laba nyata, dianggap sangat efektif.
Akan tetapi, penderita fobia biasanya tidak dapat memanfaatkan perawatan seperti itu.
Baik itu karena paparan makhluk berkaki delapan ini terlalu menakutkan untuk dihadapi.
Atau karena terbatasnya pilihan terapi yang tersedia di tempat mereka tinggal.
Sangat menarik bukan penggunaan AR dan VR dalam bidang kesehatan, Anda bisa menggunakan jasa VR dan AR untuk kesehatan agar bisa memberikan penanganan terbaik bagi pasien.
Leave a Reply