Masalah Extended Reality yang Harus Diketahui – Dibalik kecanggihan sebuah, mungkin anda juga harus menerima apapun dari penggunannya.
Dimulai dari kecanduan melihat layar, mengurangi interaksi sosial secara langsung, hingga menurunnya daya ingat.
Hal tersebut dikerenakan sangat mudahnya untuk mencari, melihat, mengumpulkan informasi melalui search engine.
Hal yang sama juga terjadi kepada teknologi extended reality.
Legalitas biasanya menjadi masalah yang meliputi objek, benda, atau teknologi yang mutakhir.
Perangkat hukum, seperti undang-undang (UU) mungkin lebih jauh tertinggal daripada penerapan teknologi.
Dibutuhkan waktu selama bertahun-tahun untuk membuat atau mengubah UU, akan tetapi teknologi berkembang dengan pesat secara cepat.
Contohnya, kasus transportasi online yang dulunya pernah menjadi permasalahan.
Keberadaannya sebagai layanan transportasi membuat pro dan kontra.
Karena mereka hanya menyediakan aplikasi penghubung antara pemilik kendaraan dengan pengguna.
Bukan hanya penyedia kendaraan yang perlu mengikuti regulasi Kementerian Perhubungan.
Moralitas merupakan dasar untuk peraturan hukum yang berlaku.
Apabila hukum saja bisa menjadi masalah extended reality, maka moralitas mungkin saja menjadi permasalahan.
Dalam dunia virtual, banyak kemungkinan tindakan yang mungkin saja bisa berada diluar batas moral yang ada didunia nyata.
Didalam dunia virtual ini, pengguna bisa saja membuat karakter avatar dari tetangga, teman, maupun kenalan.
Kemudian, melakukan berbagai hal yang merugikan, tanpa izin dari karakter aslinya.
Jadi, pada titik ini seharusnya anda bisa menggunakan standar moral yang sama seperti didunia nyata.
Mungkin hanya orang yang mempunyai previlese keuangan dan sosial saja yang bisa menggunakan teknologi ini.
Harga perangkat yang mahal menjadi masalah utama. Akhrinya, keberadaan teknologi ini mungkin menjadi pembatas antara orang kaya dan orang miskin.
Masalah extended reality muncul dalam teknologi pendeteksi mata dalam kamera VR dan AR headsets.
Meskipun teknologi ini sangat canggih dan menarik, penyedianya mungkin bisa mengumpulkan data dari gerak dan tanggapan mata.
Pola gerak yang tercipta bisa mencerminkan perilaku pengguna.
Penggunaan perangkat Extended Reality khususnya kacamata VR tentu saja bisa menyebabkan pusing dan mual.
Hal ini terjadi karena otak pengguna menerima sinyal yang tercampur, yaitu dari realitas virtual yang diterima mata dan realitas dunia nyata yang diterima oleh telinga.
Teknologi Canggih di GIK UGM - Inovasi teknologi kini hadir lebih dekat dengan masyarakat melalui…
Digital Fatigue: Dampak Penggunaan Teknologi - Di era digital yang serba cepat ini, teknologi telah…
Metaverse VR Karya Mahasiswa UMM - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sukses menghadirkan inovasi teknologi…
VR Stanford Kurangi Ketakutan Anak Disuntik Saat Imunisasi - Bagi banyak anak, momen disuntik bisa…
Virtual Reality Dikembangkan oleh Pupuk Kaltim untuk Tingkatkan Kompetensi Operator - PT Pupuk Kalimantan Timur…
Samsung Siapkan Mixed-Reality di 2025 - Perusahaan Korea Samsung akan kembali memasuki dunia mixed reality…