Heineken meluncurkan bir virtual dalam ‘lelucon’ metaverse
metaverse

Heineken meluncurkan bir virtual dalam ‘lelucon’ metaverse

Heineken Meluncurkan bir virtual – Heineken menyiapkan peluncuran virtual untuk mempromosikan “produk” – sebuah pengalaman yang digambarkan oleh salah satu peserta sebagai hal yang tidak nyata.

Metaverse belum mendapat kepercayaan dari beberapa pihak namun, suatu hari nanti orang akan menghabiskan waktu mereka di dunia maya yang saling terhubung, diakses melalui headset VR. Perusahaan itu mengatakan itu adalah “lelucon ironis … yang mengolok-olok kami dan merek lain”.

Mereka para jurnalis diundang tanpa harus membeli token Metaverse dan bir itu dapat digambarkan bisa bermain tanpa menggunakan suatu karakter.

Kepala perusahaan, Bram Westenbrink, mengatakan: “Kami tahu bahwa metaverse menyatukan orang-orang dengan cara yang ringan dan mendalam, tetapi ini bukan tempat terbaik untuk mencicipi bir baru”.

“Bir virtual baru kami adalah lelucon yang ironis. Ini adalah ide sadar diri yang mengolok-olok kami dan banyak merek lain yang terjun ke metaverse dengan produk yang paling dinikmati di dunia nyata.”

Metaverse mulai dikenal ketika Facebook berganti nama menjadi Meta pada Oktober tahun lalu dan Mark Zuckerberg menguraikan visinya tentang dunia virtual yang saling terhubung di mana orang akan bekerja dan bermain.

Pada bulan Desember, Nike membeli perusahaan sepatu virtual RTFKT dengan jumlah yang tidak diungkapkan, dengan mengatakan itu akan membantunya “melayani atlet dan pencipta di persimpangan olahraga, kreativitas, permainan, dan budaya”.

Ketika membuka ruang virtual di Decentraland, bank investasi JP Morgan Chase mengatakan bahwa mereka percaya metaverse pada akhirnya akan menjadi industri triliunan dolar.

Baca juga : https://iptek.co.id/saham-meta-turun-hingga-26-lebih/

Tom Ffiske, editor Immersive Wire, yang menghadiri peluncuran Heineken, menggambarkan pengalaman itu sebagai “nyata”.

“Saya pertama kali berbicara dengan penjaga di mana saya memberikan usia saya. Kemudian saya pergi ke aula,” katanya. “Ada berbagai item yang dapat berinteraksi, termasuk kartu pencicipan.

“Di grup chat banyak yang bingung dengan pengalamannya dan bingung mau ngapain,” imbuhnya.

“Saya merasa agak bingung pada akhirnya karena saya tidak yakin apakah itu sengaja atau tidak – meskipun pada akhir pidato saya merasa itulah masalahnya.”

(Sumber: bbc.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *