Spotify, Platform dengan 200 Juta Pelanggan
Spotify, Platform dengan 200 Juta Pelanggan – Banyaknya penduduk di Indonesia dijadikan pasar yang sangat besar untuk berbagai produk.
Salah satunya produk teknologi berbasis musik streaming, untuk menjangkau target audiens anak muda yang sedang tren yaitu Spotify.
Spotify, Platform dengan 200 Juta Pelanggan
Jumlah pelanggan berbayar (premium subscriber) platform ini dan podcast Spotify semakin meningkat.
Bahkan ketika akhir 2022 lalu, jumlah premium subscriber Spotify mencatat rekor baru, karena mencapai 200 juta pelanggan.
Angka tersebut terlihat dalam laporan keuangan pada kuartal IV-2022 untuk periode Oktober hingga Desember 2022 yang lalu.
Dalam laporan tersebut, platform tersebut mengeklaim jumlah premium subscriber saat ini berada diangka 205 juta pelanggan.
Meningkat sebesar 14 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Dari kuartal IV-2022 sebelumnya, jumlah MAUs Spotify tercatat sekitar 489 juta pengguna, meningkat 20 persen dari periode sama ditahun sebelumnya.
Meningkatnya jumlah premium subscriber dan MAUs Spotify dalam kuartal IV-2022 ini dikatakan lebih besar dari perkiraan perusahaan pada periode sebelumnya.
Di kuartal III-2022, perusahaan asal Swedia ini mencapai angka 202 juta pelanggan untuk jumlah premium subscriber, sementara jumlah MAUs diprediksi akan mencapai 479 juta pengguna.
Untuk jumlah pelanggan berbayar dalam layanan streaming musik yang lain cukup rendah.
Misalkan, Deezer sebanyak 7 juta pelanggan, Pandora 6,3 juta pelanggan, Tidal 3 juta pelanggan, hingga Anghami 1 juta pelanggan.
Peningkatan jumlah pelanggan berbayar dan pengguna aktif bulanan Spotify ini mungkin seiring dengan meningkatnya penghasilannya.
Per kuartal-IV 2022, seluruh penghasilannya tercatat sebesar 3,2 miliar euro atau sekitar Rp 52,1 triliun, meningkat 18 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama ditahun sebelumnya.
Meskipun begitu, tren positif ini bukan hanya terlihat dalam catatan biaya operasional Spotify yang semakin hari semakin merugi.
Karena pada periode Oktober-Desember 2022 lalu, perusahaan tersebut mencatat kerugian operasional mencapai 231 juta euro atau sekitar Rp 3,7 triliun, meningkat 7,3 persen dari periode sebelumnya ditahun yang sama.
Tapi, kerugian tersebut lebih rendah dari perkiraan perusahaan yang mencapai 300 juta euro atau sekitar Rp 4,8 triliun.
Bisa dikatakan, kerugian operasional platform tersebut mungkin akan berkurang di masa depan.
Apalagi setelah mereka baru-baru ini telah melakukan efisiensi biaya operasional dengan melakukan PHK 600 karyawannya.
Leave a Reply